Sejarah alam pikiran Eropa sejak
awal mulanya menunjukkan pertalian yang sangat erat antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan positif. Dikalangan bangsa Yunani timbul alam pikiran yang berupa
filsafat dan ilmu pengetahuan sekaligus, namun suatu perkembangan yang cepat
menyebabkan terjadinya pemilahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan yang
khusus, seperti matematika, fisika dan ilmu kedokteran. Tetapi penilahan ini
tidak menyebabkan pemisahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan
"positif". Demikian juga dengan abad pertengahan. Yang lebih penting
dibanding dengan hubungan antara filsafat dengan ilmu-ilmu pengetahuan khusus
dalam masa ini adalah hubungan antara filsafat dengan teologi krstiani.
Sesungguhnya alam pikiran jaman pertengahan terutama bersifat telogik. Tetapi
didalam kerangka alam pikiran teologik ini filsafat senantiasa semakin
mendapatkan kemandiriannya yang nisbi.
Dalam karya tulis ini, penulis
berusaha untuk memaparkan secara bartahap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan di barat semenjak zaman Yunani kuno, mulai dari masa filsafat
pra-Socrates sampai Filsafat Socrates, Abad Pertengahan, Renaissance dan Abad
Pencerahan sampai Abad ke-20.
Zaman Filsafat Pra Socrates
Zaman Filsafat Pra Socrates
Mempelajari filsafat Yunani bearti
menyaksikan kelahiran filsafat. filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas
dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama, yang memberitahukan
tentang asal-usul segala sesuatu, baik dunia atau manusia. Akal manusia tidak
puas dengan keterangan dongeng-dongeng atau mite-mite itu, karena tidak dapat
dibuktikan oleh akal. Kebenarannya hanya dapat diterima oleh iman atau
kepercayaan. Para filsuf yang pertama adalah orang-orang yang mulai meragukan
cerita mite-mite dan mulai mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam
semesta yang menakjubkan itu. Sudah barang tentu kemenangan akal atas mite-mite
itu tidak mungkin terjadi dengan tiba-tiba. Kemenangan itu dperoleh secara
berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad.
Sampai kini, filsafat Eropa (dan
Amerika) masih juga didasarkan atas daya pikir orang-orang yunani. Tidaklah
mungkin untuk memahami filsafat dewasa ini tanpa mengetahui sejarahnya serta
asal usulnya. Yang menjadi asal mulanya dalam arti lebih luas adalah pemikiran
Plato dan Aristoteles, dalam arti yang lebih luas lagi adalah seluruh pemikiran
kuno sampai dengan surutnya peradaban kuno. Pemikiran kuno ini hampir
seluruhnya merupakan hasil renungan orang-orang Yunani.
Meskipun terdapat banyak perbedaan
pendapat diantara para pemikir yang satu dengan yang lain, namun filsafat Barat
merupakan suatu kesatuan. Filsafat ini timbul dikalangan orang-orang Yunani
berdasarkan rasa heran atas hal-hal yang mereka amati, demikianlah yang telah
dikatakan oleh Plato dan Aristoteles. Filsafat ini merupakan upaya memahami.
Para filsuf yang paling tua merupakan orang-orang pertama yang tidak lagi
merasa puas dengan penjelasan berdasarkan mitos-mitos, melainkan menghendaki
penjelasan yang masuk akal.
Pesisir-pesisir Asia Kecil diduduki
orang lonia. Lonia merupakan daerah pertama dinegeri Yunani yang
mencapai kemajuan besar, baik dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang
cultural. Seperti Hemeros, penyair yang tersohor itu hidup di Lonia. Demikian
juga dengan ketiga filsuf yang pertama; Thales, Anaximandros serta Anaximenes
dan mereka bertempat tinggal di Kota Miletos.
Tidak kebetulan bahwa pada awal abad
ke-6 SM. Meletoslah yang menjadi tempat lahir untuk filsafat dan bukan kota
lain, karena pada waktu itu Miletos adalah kota terpenting dari kedua belas
kota Lonia. Kota yang letaknya dibagian selatan pesisir Asia kecil ini
mempunyai pelabuhan yang memungkinkan perhubungan dengan banyak budaya lain.
Dengan demikian. Miletos menjadi titik pertemuan untuk banyak kebudayaan dan
segala macam informasi dapat ditukar antara orang-orang yang berasal dari
pelbagai tempat.
Meskipun banyak para pemikir pertama
yang hidup di Miletos, akan tetapi bagaimana persisnya ajaran mereka, sukar
ditetapkan, sebab sebelum Plato, tiada hasil karya para filsuf itu yang telah
seutuhnya dibukukan, bahkan tidak ada satupun kalimat yang tersisa. Pengetahuan
kita tentang apa yang telah mereka pikirkan, disimpulkan dari
potongan-potongan, yang diberitakan oleh orang-orang yang hidup lebih kemudian
daripada mereka. Sesungguhnya tidak ada kepastian hasil karya yang manakah yang
masih tersimpan dan ini pun tidak begitu saja dapat dipercaya.
Dapat dikatakan bahwa mereka adalah
filsuf-filsuf alam, artinya mereka adalah para ahli pikir yang menjadikan alam
yang luas dan penuh keselarasan dan keselarasan ini menjadi sasaran pemikiran
mereka. Karena mereka ditakjubkan oleh alam yang penuh keanekaragaman dan gerak
ini, mereka menanyakan kepada soal apa yang ada dibelakang semua ini. Akan
tetapi sasaran yang diselidiki para filsuf pertama ini lebih luas dibanding
dengan sasaran yang biasanya diselidiki oleh filsafat pada zaman sekarang.
Pemikiran mereka mencakup segala sesuatu
yang dapat dipikirkan akal. Filsafat mereka meliputi, segala sesuatu yang
sekarang disebut ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ilmu
bintang-bintang, ilmu hayat, ilmu kedokteran dan politik. Jadi pada waktu itu
belum ad pemisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan khusus seperti yang
terjadi pada zaman sekarang.
Demikianlah yang diperhatikan oleh
para ahli pemikir yang pertama di Miletos itu adalah alam, bukan manusia.
Tetapi dalam hal ini kita pun harus mengingat, bahwa, yang dimaksud dengan alam
(fusis) adalah seluruh kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi
perhatian mereka dicurahkan kepada apa yang dapat diamati. Meskipun mereka
banyak juga yang berbicara mengenai gejala-gejala alam tertentu, namun
ketekunan untuk berfilsafat dalam arti kata yang sebenarnya terbukti dari usaha
mereka untuk menemukan azaz pemula yang mendasari segala sesuatu.
Sebagaimana yang ditemukan oleh
THALES, bahwa azaz pemula ini adalah air, yang dalam sifatnya yang
bergerak-gerak merupakan azaz kehidupan segala sesuatu. Semuanya berasal dari
air dan semuanya kembali lagi menjadi air. Thales beranggapan demikian karena
air mempunyai pelbagai bentuk; cair, beku, uap, akan tetapi tidak ada alasan
yang pasti apakah Thales menentukan air sebagai zat asli alam semesta. Menurut
kami, bahwa Thales berpikir demikian, karena bahan makanan semua makhluk memuat
zat yang lembab dan demikian halnya juga dengan benih pada semua makhluk hidup.
Murid Thales yang bernama
ANAXIMANDROS juga mempunyai pemikiran yang lebih subtil dia mengarang sebuah
risakah dalam prosa (yang pertama dalam kesusastraan Yunani). Ia mempunyai
jasa-jasa dalam bidang astronomi dan juga dalam bidang geografi, sebab dialah
orang pertama yang membuat suatu peta bumi.
Bagi ANAXIMENES yang satu angkatan
lebih muda, bahwa azaz pemula adalah udara. Bukankah udara meliputi seluruh
alam semesta dan juga merupakan azaz kehidupan manusia, seperti terbukti pada
pernafasan "seperti halnya nyawa kita, yang berupa udara, menyebabkan diri
kita merupakan ketunggalan, begitu pula nafas dan udara mengelilingi seluruh
alam semesta".
Satu lagi seorang tokoh yang
dibarisan sofis adalah PROTAGORAS. Ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran
kebenaran. Dengan kata lain teorinya disebut teori homo mensura yang berarti
Manusia adalah ukuran dari segala sesuatu, sesuatu yang benar, karena mereka
benar, sesuatu yang tidak benar, karena mereka tidak benar". Pernyataan ini merupakan tulang punggung humanisme. Pernyataan yang muncul
adalah apakah yang dimaksudkannya menusia individu ataukah manusia pada
umumnya. Memang kedua hal itu menimbulkan konsekuensi yang sungguh berbeda.
Akan tetapi, tidak ada jawaban yang pasti, mana yang dimaksud oleh Protagoras.
Yang jelas ialah ia menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat pribadi (private).
Akibatnya ialah tidak akan ada ukuran yang absolute dalam etika, metafisika,
maupun agama. Bahkan teori-teori matematika juga tidak dianggapnya mempunyai
kebenaran yang absolute.
Zaman Filsafat Socrates
Zaman Filsafat Socrates
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relative
telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan
agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan, inilah
sebabnya Socrates harus bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak
semua kebenaran itu relative, ada kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh
semua orang, sebagian kebenaran memang relative tetapi tidak semuanya.
Sebagaimana para sofis, Sokrates pun
memulai filsafatnya dengan bertitik tolak pada pengalaman sehari-hari dan dari
kehidupan yang konkret. Tetapi ada satu perbedaan yang penting sekali antara
Sokrates dengan kaum Sofis.
Menurut pendapat Socrates, ada
kebenaran objektif yang tidak bergantung pada saya dan pada kita.
Akan tetapi, sebaiknya kita tidak memandang keyakinan Sokrates itu dari sudut
"kebenaran" saja, karena dengan itu barangkali kita menampilkan pesan
seakan-akan Sokrates mencurahkan pemikirannya dalam bidang teoritis. Padahal ia
hanya memperhatikan hidup praktis saja, yaitu tingkah laku manusia. Itulah
sebabnya lebih tepat kita merumuskan keyakinan Sokrates dengan mengatakan bahwa
menurut dia bukan sembarang tingkah laku boleh disebut baik. Ada tindakan yang
pantas dan ada tindakan yang jelek. Sokrates yakin bahwa berbuat jahat adalah
suatu kemalangan bagi seorang manusia dan bahwa berbuat baik adalah
satu-satunya kebahagiaan baginya. Dalam sebab itu Sokrates berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut; Apakah itu hidup yang baik? Apakah
kebaikan itu yang mengakibatkan kebahagiaan seorang manusia? Apakah norma yang
mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu perbuatan?
Ini memang pusat permasalahan yang
dihadapi oleh Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran yang objektif,
Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan
dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat.
Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan
jawaban-jawaban lebih lanjut ia menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat
disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut.
Metode yang digunakan oleh Socrates
disebut dengan dialektika, dinamakan begitu karena dialognya mempunyai
peranan yang sangat penting didalamnya. Dan maksudnya mudah diperkirakan, jika
kita ingat bahwa kata kerja Yunani dialegestai berarti
"bercakap-cakap" atau "berdialog".
Socrates mempunyai metode tersendiri
untuk mengajarkan ajarannya kepada orang, ia memakai siasat ibunya sebagai
seorang bidan yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, ia bermaksud agar
manusia memperoleh penglihatan-dalam bahwa pendapat yang sudah pasti dalam
dirinya sesungguhnya kurang berisi kebijakan serta mengandung pertentangan,
namun ia tetap bertahan pada kegiatan yang negative tersebut.
Sedah kita ketahui bahwa Sokrates
tidak menyajikan suatu ajaran yang sistematis dan tidak mempunyai murid dalam
arti kata yang sebenarnya. Ia juga tidak mendirikan suatu mazhab. Ia hanya
mengajak pengikut-pengikutnya supaya mereka berfilsafat. Sesudah kematian
Sokrates, mereka semua menempuh jalan masing-masing. Pengikut-pengikut kecil
itu meneruskan beberapa aspek dari filsafat Sokrates, tetapi mereka juga
dipengaruhi oleh aliran-aliran lain. Khususnya mazhab Elea dan kaum Sofis. Dan
mereka antara lain;
a)
Mazhab Megara
b)
Mazhab Elis dan Eretria
c)
Mazhab Sinis
d)
Mazhab Hedonis.
Abad Pertengahan
Abad Pertengahan
Akal pada abad Pertengahan ini
benar-benar kalah. Hal ini kelihatan dengan jelas pada filsafat Plotinus,
Agustinus, Anselmus. Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali dan
karena itu filsafatnya banyak mendapat kritik. Dan abad Pertengahan ini
merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada
zaman Yunani sebelumnya, terutama pada zaman Sofis.
Pemasungan akal dengan jelas
terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan (ia mewakili
metafisika) bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu,
tujuan filsafat (dan tujuan hidup secara umum) adalah beratu dengan Tuhan. Jadi,
dalam hidup ini, rasa itulah satu-satunya yang dituntut oleh kitab suci,
pedoman hidup semua manusia. Filsafat rasional dan sains tidak begitu penting;
mempelajarinya merupakan usaha yang sia-sia, karena Simplicius, salah seorang
pengikut Plotinus, telah menutup sama sekali ruang gerak rasional, iman telah
menang mutlak. Karena iman harus mutlak, orang-orang yang masih hidup juga
menghidupkan filsafat (akal) harus dimusuhi.
Agustinus mengganti akal dengan
iman; potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah.
Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu
relative. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
Cirri khas dari pada filsafat Abad
Pertengahan terletak pada suatu rumusan yang terkenal yang dikemukakan oleh
Saint Anselmus, yaitu credo ut intelligam. Rumusan itu berarti iman
lebih dahulu, setelah itu mengerti. Imanlah lebih dahulu. Misalnya, bahwa dosa
warisan itu ada, setelah itu susunlah argument untuk memahaminya, mungkin juga
untuk meneguhkan keimanan itu.
Sifat ini berlawanan dengan sifat
filsafat raional. Dalam filsafat rasional, pengertian itulah yang didahulukan;
setelah dimengerti, baru mungkin diterima dan kalau mau; diimani. Mengikuti
jalan pikiran inilah maka saya berkesimpulan bahwa jantung filsafat Abad
Pertengahan Kristen terletak pada ungkapan itu. Berdasarkan penalaran itu pula
maka menurut hemat saya, tokoh utama peletak kekuatan filsafat Abad Pertengahan
adalah St. Anselmus.
Abad Pertengahan melahirkan juga
filosof yang terkemuka yaitu Thomas Aquinas. Dia adalah salah satu diantara
orang-orang yang berusaha membuat filsafat Aristoteles sesuai dengan agama
Kristen. Kita anggap ia menciptakan perpaduan hebat antara iman dan ilmu pengetahuan.
Tekanan terhadap pemikiran rasional pada waktu ia hidup telah banyak berkurang.
Oleh karena itu ia berhasil mengumumkan filsafar rasionalnya. Yang terkenal
adalah beberapa pembuktian tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari sampai
sekarang.
Zaman Renaissance
Zaman Renaissance
Dalam filsafat zaman Renaissance
jauh lebih banyak unsur magi yang ikut berperan dibanding pada zaman
pertengahan. Banyak penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan di lapangan
pengetahuan mengenai bumi serta bangsa-bangsa yang menyebabkan merajalelanya
rekaan pikir yang sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat magi. Hal-hal
yang bersifat magi ini merupakan salah satu cirri pemikiran pada zaman
Renaissance, seperti halnya refleksinya mengenai politik serta pertumbuhan ilmu
alam, yang memberikan titik berat pada pengamatan yang tak berprasangka.
Pemikiran mengenai alam pada jaman
Renaissance menghasilkan tokoh-tokoh yang terpenting di Itali dan Jerman. Salah
satunya adalah Leonardo Da Vinci telah sepenuhnya mengerti, bahwa alam hanya
dapat diketahui melelui pengalaman dan bahwa bagi pengusahaan ilmu alam,
pengalaman harus ditumbulkan melalui eksperiment dan dikembangkan dengan
menggunakan matematika. Da vinci yang dengan tenang menerapkan metodenya yang
menjauhi segenap filsafat alam spekulatif, mendahului Galileo dan baru dapat
diimbangi oleh Galileo. Dan karena hasil karya Da Vinci tetap tidak dikenal,
maka gagasan-gagasan yang terkandung didalamnya tidak membawa pengaruh terhadap
rekan-rekan sesamanya dan terhadap para pemikir di kemudian hari.
Zaman Pencerahan (Aufklarung)
Zaman Pencerahan (Aufklarung)
Zaman ini dimulai pada abad ke-18
yang telah berakar dari masa Renaissance. Menurut Immanuel Kant, Zaman
Percerahan adalah zaman manusia keluar dari keadaan tidak akil baligh, yang
disebabkan karena kesalahan manusia sendiri. hal itu disebabkan karena
manusia tidak mau menggunakan akalnya dalam pemikirannya. Dan pencerahan ini
berasal dari Inggris, berkembang di sana dikarenakan inggris telah menjadi
Negara yang berkembang dan merupakan Negara yang liberal. Oleh karena itu lambat-laun
pencerahan tumbuh menjadi keyakinan umum diantara para ahli pikir. Dan
pemikiran pencerahan banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam yang telah
dibawa sampai kepada puncaknya oleh ISAAC NEWTON (1642-1727), dialah yang telah
memberikan alas kepada fisika yang klasik, yang menjanjikan suatu perkembangan
yang tiada batasnya.
Pada abad ini sangat berbeda dengan
abad sebelumnya yang membatasi diri pada usaha untuk memberikan interprestasi
baru terhadap realitas bendawi dan rohani, yaitu kenyataan yang mengenai
manusia, dunia an Allah. Sebaliknya abad ini, mereka menganggap dirinya sebagai
insane yang mendapatkan tugas untuk meneliti secara kritis sesuai dengan apa
yang diberikan oleh akal, terhadap segala yang ada, baik didalam Negara didalam
masyarakat, dalam bentuk ekonomi atau dalam bentuk hukum. Dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh
EDUARD HERBERT, salah satu dari perintis pencerahan di Inggris, mengatakan
bahwa akal mempunyai otonomi mutlak dibidang agama, begitu juga dengan Kristen
yang telah ditaklukkan oleh akal. Dengan dasar ini. Ia menentang segala
kepercayaan yang berdasarkan wahyu.
Begitu juga di jerman, tokoh
terpenting pencerahannya adalah CHRISTIAN WOLFF (1679-1754), di sangat
menonjolkan filsafat dari segi rasionalistik-optimistiknya, ia mengatakan bahwa
baik ajaran kesusilaan maupun ajaran Ketuhanan, alami sekali hal itu terlepas
dari pada ajaran agama. Pemikirannya sudah mengarah kepada deisme (suatu
aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18 yang menggabungkan diri dengan
gagasannya EDUARD HERBERT yang dapat juga disebut dengan pemberi alas ajaran
agama alamiah) Tuhan telah menciptakan dunia, namun untuk selanjutnya
membiarkannya mengikuti perjalanan nasibnya sendiri.
Filsafat Abad ke-20
Filsafat Abad ke-20
Kira-kira pada tahun 1980 dimulailah
suatu zaman baru, yang berbeda dengan zaman sebelumnya tetapi masih ada
keterkaitan diantaranya. Pada abad ke-20 ini masih juga dijiwai oleh pandangan
bahwa cara yang paling baik untuk menemukan kebenaran di bidang filsafat salah
satunya adalah dengan cara meninggalkan semua pemikiran yang telah diwariskan
oleh pemikir-pemikir terdahulu dibidang itu. Perpalingan itu terjadi dalam
segala bidang; dalam bidang ilmu pengetahuan positif, filsafat dan teologi,
bidang seni dan teknika dan dalam bidang interaksi social. Yang
paling mendasar dari perpalingan ini adalah bukan pada perkembangan yang
terjadi pada masing-masing ilmu pengetahuan, melainkan pada konvergensi yang
terjadi terus menerus.
Pada bagian pertama pada abad ke-20
terdapat berbagai macam aliran yang berdiri sendiri-sendiri dan terdapat
diberbagai Negara. Masing-masing menyebarkan pengaruh yang mendalam pada
masyarakat sekitarnya.aliran-aliran tersebut antara lain; aliran Pragmatisme di
Inggris dan Amerika, Filsafat hidup di Prancis dan Jerman.
Di Amerika Serikat Pragmatisme;
suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara
praktis. Telah mendapat tempat tersendiri dalam pemikiran filsafat. Seperti
WILLIAM JAMES, yang telah memperkenalkan gagasan-gagasan Pragmatisme tersebut.